Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Lelaki di Sepertiga Malam

"Wajahnya sangat teduh, tutur bahasanya lembut, anaknya asyik ketika diajak ngobrol, oh iya, selain itu dia juga perhatian." Tukas perempuan berjilbab besar kala itu.

Malam itu, tak ada satu bintang pun yang mewarnai langit Pantai Halassy, bahkan desir angin seolah malu - malu tak jua menghampiri kami. Meski rinai hujan sesekali menemani kami dan berlalu, namun  hawa panas tak segan memeluk erat tubuh kami. Padahal hari kian larut dan sebentar lagi, malam akan berganti wajah dengan pagi.

Kami duduk di tepian pantai di sebuah gazebo yang tak cukup besar,  tanpa penerangan lampu yang mumpuni.  Gazebo yang berukuran tak besar itu , Alhamdulillah bisa menampung kami. Memang, tak semua bisa rebahan dengan santai. 

Tak ada camilan khusus yang biasanya ada pada upacara basa - basi duduk bersama, kaum hawa. Beberapa pasang mata dari kami mulai asyik bercerita, membahas hal - hal yang penting hingga tak penting. Termasuk juga bergosip tentang dia yang kami juluki Lelaki Sepertiga Malam.

Entah bermula dari mana, hingga julukan itu begitu memesona di hati para ibu - ibu yang berstatus lajang. Bahkan dalam pembicaraan khusus, Lelaki Sepertiga Malam ini seolah menghipnotis mereka akan pembawaannya.

Lebih kerennya  lelaki sepertiga malam ini dikagumi sekelompok ibu - ibu lajang. Bukan karena parasnya, tetapi pembawaan karakternya, wajah teduhnya, perhatiannya. Yah, itulah beberapa kata yang sering mereka deskripsikan untuk Lelaki Sepertiga Malam.




Posting Komentar untuk "Lelaki di Sepertiga Malam"