Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengapa Harus Perempuan?

Penikmat berita akhir-akhir ini dibuat syok dengan sejumlah peristiwa yang kadang membuat hati tak bisa menerima dengan baik. Beberapa bulan yang lalu, jagat raya geger dengan sosok seorang MUA profesional yang tega menggorok ke 3 putrinya. 1 di antaranya meninggal. Setelah ditelusuri beliau mengalami depresi berat akibat tekanan dari dalam keluarga dan lingkungannya.
Hal ini sempat membuat saya sebagai seorang perempuan dan ibu sangat merasa Iba, bukan saja iba tapi ada berbagai rasa yang berkecamuk di dalam benak saya. Melihat bagaimana sang ibu berbicara di depan kamera hanya ingin disayang suami. Sungguh sangat menyilet hati seluruh kaum ibu di jagat raya ini. Saat itu sontak saja banyak yang menggaungkan tagar #PelukOnline untuk sang ibu. Perbuatan sang ibu memang salah, terlepas dari perbuatannya, ia hanyalah sosok seorang ibu yang tak ingin melihat anak-anaknya tersakiti. Maka menggorok leher anaknya adalah salah satu pilihan untuk menidurkan mereka untuk selama-lamanya, supaya tak merasa sakit dan menderita sama seperti dirinya.
 
Bertanya Pertanyaan Wanita - Gambar gratis di Pixabay 
 

Selain konflik dalam rumah tangganya, ternyata luka masalalu akan masa anak-anaknya dulu belum juga lenyap dalam ingatannya. Sehingga hal itu menjadi salah satu pemicu yang mendorong sang ibu untuk berbuat nekat mengahabisi nyawa anak-anaknya. 

Tak berapa lama, setelah kasus Ibu menggorok anaknya mulai redup, muncul lagi sebuah kasus bunuh diri yang dilakukan seorang ibu yang berstatus sebagai guru yang mengajar di SMK bersama 2 anak kembarnya yang masih kecil. Sosoknya ditemukan  sang suami tak jauh dari kedua buah hati mereka dalam keadaan tak bernyawa di atas tempat tidurnya. Miris memang, saya sempat bertanya dalam hati, mengapa hal itu bisa terjadi? Padahal kehidupan mereka terlihat bahagia dan berharta.  Selidiknya lagi-lagi depresi diri tak mampu dikendalikan sang ibu dengan baik. Entah kabar itu benar atau tidak, guru itu mengakhiri hidupnya bersama kedua anak kembarnya akibat Sang suami memiliki WIL. 

Dan hari ini, ketika saya hendak tidur, saya sempat membaca sebuah berita yang cukup membuat saya tercengang dengan kasus bunuh diri yang dilakukan seorang perempuan muda bersama kedua anaknya. Pemicunya juga akibat depresi dengan suaminya. 

Miris memang melihat ketiga kasus di atas. Sungguh tak bisa dianggap remeh. Sebagian orang barangkali beropini yang tidak baik, mencibir bahkan menghardik keras mereka dengan kata-kata yang tak baik. 
Ngapain sih harus bunuh diri?
Padahal kamu cantik, seorang ASN, bisa aja kan cari suami baru?
Padahal keluarganya mapan dan terlihat kaya, Kok bisa sih , istrinya gak bahagia?

Setiap orang memiliki permasalah hidupnya sendiri. Barangkali kita selalu melihat kehidupan mereka baik-baik saja, adem ayem, namun dibalik kata baik-baik itu, ia sedang berusaha meng-coveri hidupnya supaya nampak terlihat baik. 

Melihat ketiga kasus di atas, pemicunya adalah Depresi dan tentunya ini berkaitan erat dengan peran penting seorang suami. Kata kuncinya adalah ketika seorang suami mampu memberikan kenyamanan dan kebahagian dalam diri istrinya. Bisa jadi ketiga kasus di atas tidak akan terjadi. Konflik rumah tangga yang akhirnya membuat anak-anak yang tak tahu-menahu harus menjadi korban perbuatan orangtuanya. 

Depresi lagi-lagi menjadi akar hingga kasus ini kembali menjamur. Sebenarnya apa itu depresi? Depresi adalah Sekelompok kondisi yang terkait dengan peningkatan atau penurunan suasana hati seseorang.

Depresi bukanlah suatu hal biasa. Depresi ini muncul akibat berbagai macam tekanan yang datang hilir-mudik ketika seseorang tak mampu menyambut dan memahami apa-apa yang datang dengan baik dalam dirinya. Hal ini menyebabkan mental penderita depresi ini akan semakin tidak sehat dan sakit. Mental yang tidak sehat akan berujung pada berbagai macam halusinasi yang sebenarnya dibuatnya sendiri. Merasa tak pernah aman, gelisah, hilang ketentraman hati, jiwa , dan pikiran. Dan, jika hal itu terjadi setan akan mudah melemahkan pertahankan kita untuk patah dan melakukan hal-hal yang tidak dinginkan.
 
Mengapa hal ini banyak terjadi pada kaum perempuan? Karena perempuan selalu mengandalkan perasaannya. Lagi dan lagi perempuan selalu dihadapkan dengan perasaannya. Sehingga ketika perasaan itu tak mampu dikuasainya dengan baik. Maka yang terjadi adalah hal-hal yang berujung pada ketiadaan napasnya. Pengakhiran hidup yang katanya " supaya menamatkan konflik diri dan hidup yang tak berkesudahan."

Dan, perlu dipahami untuk kamu yang bergelar suami. Sosokmu adalah cahaya bagi istri-istrimu. Genggaman tanganmu yang erat adalah perekat paling kuat bagi istrimu. Ketika kehadiranmu mampu memberikan ketenangan bagi istrimu. Maka jangan mudah melepaskan genggaman tanganmu. Kamu adalah partner hidup istrimu bukan hanya di dunia namun hingga ke  Jannah-Nya. Maka jadilah sosok yang tak pernah membuat luka pada hati dan jiwa istrimu. Berikan pelukan kebaikan yang ketika istrimu marah ia bisa menjadi tenang. Dengarkan setiap ceritanya, sebab perempuan hanya butuh didengar setiap keluhannya. Berikan pujian terbaikmu untuk dirinya, supaya ia selalu merasa berharga untukmu. Hadirkan afirmasi positif pada perjalanan panjang ibadah terpanjangmu bersama istrimu. Ketika istrimu bahagia, sudah tentu mentalnya akan tetap sehat. Ketika istrimu bahagia, maka seisi rumah akan terasa sejuk dan nyaman. 

#KeepStrongParaIbu-ibuHebat
#SalamWaras
#Syukurihidupmu
#YakinlahJikaKamuBerharga
#TetapSemangat
#HadirkanAllahDalamSetiapEmbusNapasmu

Waiheru, 17April2022
Diunggah pukul 23.35 Wit
Gabut😑





1 komentar untuk "Mengapa Harus Perempuan?"