Luapan Rindu Merah Putih
" Dan, Alhamdulillah ke-39 peserta didik kelas 6 SD Cendekia Ambon dinyatakan lulus seratus persen." Suara Ibu Ekha memecah keheningan.
Seketika sorak gembira anak-anak membelah keheningan. Riak tawa suka cita menggelegar seisi ruangan berbarengan dengan ucapan alhamdulilah yang tak kalah ramai terdengar.
***
Tatapanku haru melepas ke-19 anak waliku. Aku tahu mengusaikan kisah setahun bersama mereka tidaklah gampang. Banyak kisah yang tercipta bersama mereka dengan segala keunikan yang mereka miliki.
( Walkes kelas VI-A bersama anak walinya )
Setahun yang lalu kisahku dimulai bersama mereka. Saat SK penempatan Walkes dibaca langsung oleh Kepsek dan aku dinyatakan menjadi wali kelas mereka. Hal yang tak pernah terpikirkan sedikit pun jika aku akan mengemban tugas ini. Sempat muncul keraguan dalam diri ' Apakah aku bisa merebut hati mereka? Apakah bisa mereka menerimaku sebagai Walkes?'
Seiring waktu berlalu, suasana yang tampak beku itu akhirnya mencair. Kami semakin dekat, aku selalu berusaha menjadi pendengar yang baik untuk mereka. Aku mendengarkan segala keluhan mereka, kemudian berdiskusi dan mencari solusi atas segala kendala yang mereka hadapi selama KBM.
Banyak hal yang kita lalui bersama. Mereka begitu banyak menghadirkan warna dalam keseharianku.
Suatu hari, tepat di Hari Pendidikan Nasional, mereka bekerja sama membuat kejutan untukku. Kejutan yang membuatku menjatuhkan air mata. Betapa kompak dan kreatifnya anak-anak ini. Mereka menghujaniku dengan coklat, bunga, berbagai macam jenis wafer, dan juga kartu ucapan yang mereka tulis tangan sendiri. Sejak saat itu, kusadari ternyata aku punya tempat di hati mereka.
kubaca satu persatu kartu ucapan yang mereka tulis, bulir bening terus meluap dari mataku, perasaan yang bahagia ini bercampur jadi satu. Yah, aku terharu.🥺
Hingga akhirnya kami semakin akrab dan dekat, aku memainkan peranku dengan baik, kadang kala aku menjadi sangat tegas di dalam kelas hingga membuat mereka diam seribu bahasa. Katanya " Bu Irha jangan terlalu tegas dong, kan kami takut." Namun, kadang kala aku menjadi sahabat bagi mereka.
Aku mengajak mereka untuk mendalami literasi, mengajak mereka untuk menulis bersama. Meski tidak semua dari mereka yang ikut menulis saat itu. Dan, alhamdulilah antalogi pertama mereka lahir. Buku pertama yang di dalamnya tertulis nama mereka. Ada kebahagian tersendiri ketika aku bisa berbagi ilmu kepenulisan kepada mereka.
Hari-hari panjang itu terlewati dengan senyum dan sapaan manis mereka. Ketika melihatku, mereka berhambur ke arahku dengan berbagai cerita mereka. Keramahan mereka adalah salah satu energi positif padaku.
Aku kembali terkenang, saat USP telah usai. Lagi dan lagi mereka membuat kejutan kecil untukku. Kak Naura, Kak Nayla, dan Bang Azka mempersembahkan tulisan mereka. Satu-satu dari mereka bergantian membaca karyanya. Di situ kusadari kemampuan menulis mereka semakin terasah dengan baik.
Dan, saat hari bersejarah itu telah tiba. Hari saat mereka mendengar hasil kelulusan mereka, di saat itu pula tugasku membersamai mereka telah usai. Mereka berhambur ke arahku, kami saling berpelukan sesama akhwat dan tak lupa mengabadikan momen spesial itu.
"Di antara riak tawa yang pecah pagi itu
Ada hati yang merasa sesak. Tugasku menemani kalian di penghujung merah putih kalian telah usai. Bersama rindu ini aku melepaskan kalian. Terima kasih telah mengisi bab kosong dalam kisahku." Tulisku pada salah satu postingan yang dirangkai bersama foto mereka saat mendengar hari kelulusan.
Kini mereka telah beranjak menapaki alur untuk meraih pendidikan di tingkat menengah pertama. Selamat berproses di sekolah yang baru anak-anakku. Doa tulusku akan selalu membersamai kalian. Tumbuhlah menjadi anak-anak yang berprestasi, yang tak pernah lupa dalam hal ibadah. Semoga Allah merahmati setiap tapak kaki kalian.
Ambon, 20 Juni 2022
Dalam pelukan rindu
Irha Bin Thahir
Posting Komentar untuk "Luapan Rindu Merah Putih"