hidup adalah sebuah pilihan
Kemarin aku menatap wajahnya yang lelah saat dia tengah tertidur. Garis matanya yang tajam dan beberapa keributan yang banyak bercampur di bawah garis matanya.
Beberapa kali kumainkan rambutnya yang mulai memutih, dia hanya bergerak sedikit dari posisi tidurnya kemudian terlelap kembali.
Sebelum tenggelam dalam lelapnya malam, aku sempat bertanya padanya tentang keinginannya. Kami saling bersitatap dan mulai menyusun rencana.
Aku katakan padanya bahwa aku ingin berhenti dari pekerjaanku nanti saat Balgis sudah lulus sekolah. Lelakiku sangat kaget, karena dia tahu bahwa aku sangat mencintai pekerjaaku dan juga orang-orang di lingkungan tempatku bekerja.
Aku bisa melihat matanya yang seolah tak percaya dengan pernyataanku itu. Lalu ia berkata
" Kenapa?" Satu kata yang singkat.
" Aku lelah, kondisiku sudah tak sekuat dulu lagi. Pulang pergi Waiheru-Warasia."
" Lalu, apa yang kamu lakukan setelah ini?" Aku akan bekerja dari rumah, aku akan serius menulis. Itu yang ada kepalaku."
"Baiklah, jika itu keputusanmu. Aku mendukung."
Sejujurnya aku sangat sedih mengatakan itu. Namun, ini adalah sebuah pilihan yang berat. Memilih berhenti dari tempat yang telah begitu banyak menghadirkan kebaikan.
Aku mengembus napas berat. Setidaknya aku sudah menyampaikan apa yang ada di pikiranku.
Posting Komentar untuk "hidup adalah sebuah pilihan"